Ekspor Hasil Tambak Berau Terkendala Sertifikasi, Tambak Secure Jadi Solusi

benuakaltim.co.id, BERAU – Upaya ekspor hasil tambak dari Kabupaten Berau masih menemui kendala. Bahkan, ada temuan tambak yang belum memenuhi syarat sertifikasi layak ekspor.

Sekretaris Dinas Perikanan (Diskan) Berau, Yunda Zuliarsih menerangkan, untuk mendapatkan sertifikasi layak ekspor, setiap tambak harus memiliki luas tidak lebih dari 2 hektare. Selain itu penggunaan pupuk dan obat-obatan yang ramah lingkungan serta memiliki usia telah ditentukan.

“Jika persyaratan tersebut terpenuhi, maka sertifikat layak ekspor bisa didapatkan, sehingga hasil tambak kita bisa diterima di pasar nasional,” ujarnya Jumat (14/2/2025).

Persyaratan lain yakni tambak High Density Polyethylene (HDPE). Tambak HDPE lebih menekankan pada ekosistem atau habitat yang ramah lingkungan dan tidak berada di kawasan hutan atau konservasi.

“Nah kalau memang itu semua bisa terpenuhi baru kita bisa ekpor dan diterima di pasar nasional,” tuturnya.

Saat ini, Berau memiliki program Tambak Secure yang saat ini dilaksanakan di Kampung Pegat Batumbuk, Tabalar Muara, dan Suaran. Program ini fokus pada budidaya udang windu dengan sistem silvofishery, yakni menggabungkan tambak dengan ekosistem mangrove.

“Artinya tambak digandeng oleh mangrove, 80 persen mangrove 20 persen tambak. Jadi dia langsung mendapatkan nutrisi makanan dari mangrove,” jelasnya.

“Hasil dari metode ini yaitu setiap dua atau tiga bulan panen hasilnya dua kali lebih banyak daripada yang biasa,” lanjut Yunda.

Adapun program Tambak Secure ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah daerah dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

“Sebab pemerintah tidak dapat menjalankan program ini sendirian karena keterbatasan anggaran, sarana, dan sumber daya manusia (SDM) nya,” sebutnya.

Lebih lanjut Yunda menejelaskan, pihaknya juga mengharapkan komoditi lain, seperti lobster untuk dapat masuk pasar ekspor. Namun yang menjadi tantangan saat ini adalah keterbatasan sumber benih.

Lobster hanya banyak ditemukan di Pulau Balikukup dan Derawan. Kuota tangkapnya juga dinilai belum mencukupi kebutuhan ekspor.

“Lobster itu kan tidak bisa dibudidayakan atau dipelihara sendiri, dia harus ditangkap dari alam dan dibesarkan di dalam keramba. Jadi yang saat ini bisa hanya kerapu, namun untuk yang berpotensi selanjutnya yaitu udang windu dan lobster,” pungkasnya. (*)

Reporter: Georgie Silalahi

Editor: Endah Agustina 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *