BERAU – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Berau, Ade Heryadi mengatakan saat ini di Bumi Batiwakkal sudah memasuki musim kemarau.
“Suhu panas yang saat ini terjadi disebabkan akibat adanya pemanasan permukaan akibat pembentukan awan dan curah hujan yang minim sejak beberapa pekan terakhir,” ucapnya, Rabu (18/9/2024).
Tak hanya itu, suhu panas yang saat ini sedang terjadi ditimbulkan akibat musim kemarau yang terjadi sejak awal Juli lalu dengan ditandai langsung dengan volume atau curah hujan yang kurang dari 50 mm secara berturut-turut.
“Berdasarkan update Dinamika Atmosfer di Agustus ini puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Berau diprakirakan akan terjadi selama bulan September ini,” tegasnya.
Menurut data yang dimiliki BMKG angin kencang pun saat ini sedang melanda dibeberapa wilayah hingga pesisir laut Kabupaten Berau.
“Rata-rata kecepatan angin berkisar 6 sampai 12 knot pada setiap waktunya,” singkatnya.
Kondisi itu, Ade Heryadi menegaskan sangat membahayakan para pelancong yang bepergian lewat jalur laut ataupun bagi para nelayan dan pekerja di laut lainnya.
“Mohon waspada terhadap kecepatan angin yang relatif tinggi di area tersebut,” ungkapnya.
Akibat suhu panas yang disertai dengan angin kencang tersebut banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada seluruh kecamatan Kabupaten Berau.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat menjelaskan bahwa sejak dua pekan terahir ini sudah memasuki musim panas ekstrem.
“Berau masuk dalam salah satu wilayah dengan panas tertinggi di Indonesia. Sehingga masyarakat harus paham jangan sampai membakar lahan dengan sengaja, karena itu bisa berimbas kepada Karhutla yang lebih bahaya lagi karena cuaca yang panas kali ini disertai dengan angin kencang,” ucapnya.
Untuk data Karhutla, sambung Nofian Hidayat sejak satu pekan terahir ini menurutnya hampir seluruh Kecamatan seperti Kecamatan Sambaliung, Gunung Tabur, Segah hingga Tanjung Batu pun terjadi musibah Karhutla.
“Kalau bicara data itu sangat banyak, karena sejak satu pekan terakhir terjadi Karhutla tidak bisa dihindari, bahkan di wilayah perkotaan Tanjung Redeb pun terjadi Karhutla,” tegasnya.
Dirinya pun membagikan tips untuk menekan terjadinya Karhutla dan kebakaran pemukiman yang terjadi saat musim panas ekstrim seperti saat ini.
“Yakni, tidak dianjurkan membuka lahan dengan cara dibakar, masyarakat diminta untuk tidak membuang puntung rokok disembarang tempat, dan beberapa hal lainnya,” urainya.
Tidak bisa dipungkiri dengan maraknya terjadi Karhutla pada wilayah Kabupaten Berau akan berdampak luas salah satunya yakni terkait dengan perekonomian yang akan lumpuh.
“Pasalnya, seperti aktifitas bandara pun akan terganggu jika asap Karhutla semakin banyak. Jadi jangan sepelekan Karhutla ini, dampaknya akan banyak,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie
Editor: Ramli