BMKG: 3 Alat Seismograf Terpasang di Pesisir Berau

BERAU – Gempa bumi besar atau Megathrust dikabarkan akan mengguncang Indonesia dalam waktu dekat. Bahkan, Kabupaten Berau diperkirakan menjadi salah satu kawasan yang terkena dampak dari gempa bumi berskala besar tersebut.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Ade Heryadi menuturkan, meski gempa Megathrust masih dalam kajian potensi, tapi Kabupaten Berau saat ini sudah masuk dalam status siaga.

“Dimana berdasarkan skenario gempa digambarkan pada zona seismik megathrust berasal dari bagian Sulawesi Utara M 8,5,” ucapnya, Kamis (22/8/2024).

Baca Juga :  Rp9,7 Miliar untuk Rehabilitasi Jalan Dalam Kota

Kata dia, tentu dampak tersebut, berpotensi tsunami dengan ketinggian 0,5 hingga 3,0 meter di pesisir Berau.

“Iya, jika terjadi gempa Megathrust yang berasal dari Sulawesi Utara akan berpotensi tsunami di wilayah pesisir Berau,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi dampak dari bencana tersebut, pihak BMKG Berau berupaya mengambil langkah struktural dan nonstruktural.

“Kita berusaha untuk melakukan mitigasi terhadap bencana yang berpotensi gempa dan tsunami ini,” ujarnya.

Baca Juga :  Kampung Labanan akan Dialirkan Air Bersih

Untuk langkah nonstruktural, dijelaskan Ade, dengan memberikan informasi terkini mengenai bencana yang akan datang melalui berbagai media yang ada.

“Dengan harapan informasi yang disampaikan bisa mengurangi kepanikan masyarakat dan mengedukasi bagaimana menghadapi bencana nanti,” paparnya.

Sedangkan langkah struktural, pihak BMKG Berau telah memasang Seismograf atau alat pengukur gempa bumi di tiga titik di kawasan pesisir Berau. Diantaranya, Kecamatan Teluk Bayur, Biduk-biduk dan Maratua.

Baca Juga :  Bentuk Gugus Tugas Ketahanan Pangan dengan Tanam Jagung di Sambaliung

“Jadi kita sudah pasang seismograf di tiga titik kecamatan pesisir. Itu langkah mitigasi yang kita lakukan saat ini,” bebernya.

Ia menegaskan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan terhadap bencana yang akan datang.

“Apalagi ketiga alat yang digunakan terus melakukan pendataan selama 24 jam untuk mengantisipasi ketika bencana sewaktu-waktu terjadi. Ini ikhtiar kita agar bisa menghadapi masalah bencana kapan saja,” pungkasnya.(*)

Reporter: Georgie

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *