Ibu-ibu di Talisayan Rela Antre Lpg 3kg hingga Malam

benuakaltim.co.id, BERAU – Ibu-ibu warga Kecamatan Talisayan akhirnya bisa bernafas lega setelah penantian lama efek kelangkaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 Kilogram (Kg) tiba tadi malam pukul 20.00 hingga 23.00 WITA.

Hal itu diutarakan Kepala Kampung (Kakam) Talisayan Ali Wardana via telfon seluler kepada benuakaltim.co.id setelah tersedia kembali Lpg 3kg dan Bright Gas 5,5 kg.

“Stok lpg khususnya 3kg baru sampai tadi malam dan 5,5 kg baru nyampe 2 hari lalu ke salah satu pengecer besar,” ucapnya Jumat (7/2/2025).

Ia pun mengungkapkan beberapa hari belakangan ini di Talisayan kehabisan Lpg berbagai berat isi.

“Jadi ketika datang para distributor resmi Lpg ke Talisayan langsung membludak. Mungkin ini efek kebijakan dari Menteri di pusat terkait boleh beli pada pengecer sehingga banyak warga berbondong-bondong beli,” ungkapnya.

Dirinya juga menegaskan kondisi terkini masyarakat Talisayan ketika menantikan Lpg tiba pada wilayah pesisir selalu panic buying.

“Masyarakat pada panik buying. Makanya antrean panjang dari warga-warga Kampung Talisayan” ujarnya.
Disebutkannya pangkalan Lpg resmi milik PT Pertamina baru ada satu berdiri dan banyak aktivitas pengecer bermitra luar wilayah Kampung Talisayan.

“Cuman pengiriman Lpg ke pangkalan lambat juga. Kadang ada aja pengecer-pengecer ini dia tidak mengambil dari Talisayan. Mungkin dia ada bermitra dengan pangkalan luar Talisayan,” bebernya.

Ia menilai harga satu tabung Lpg 3kg yang didapat para Ibu-ibu ketika itu Rp 40 ribu dan Bright Gas 5,5 kg Rp 160 ribu serta bobot 12 kg mencapai Rp 290 ribu.
“Dan tadi malam datang ke pengecer tabung Lpg 3kg itu sebanyak 130 tabung,” sebutnya.

Kendati demikian pihaknya berharap ada pendataan konkrit oleh PT Pertamina terhadap potensi penambahan pangkalan di Kampung Talisayan.

“Harapannya di pangkalan yang ada satu ini agen atau dari Pertamina khususnya dari pesisir minta diperhatikan lebih karena untuk kebutuhan memasak serta aktivitas produksi UMKM pakai Gas dari warga pesisir terus meningkat,” tuturnya.

Selain itu Ali mengimbau ada pengawasan ketat dari PT Pertamina terhadap aktivitas penjualan Lpg dari pangkalan kepada masyarakat.

“Kalau di pangkalan HET-nya kan sudah di atur. Kalau di pengecer ini kan ada biaya operasional. Kalau di HET itu ada Rp 35 ribu. Bahkan kalau tidak salah ada Rp 34 ribu,” bebernya.

“Kalau di pengecer karena ada biaya operasional kemudian ada untuk biaya kuli angkutnya bongkar muat jadi mencapai Rp 40 ribu,” sambungnya.
Diketahui, selama ini ada saja masyarakat yang ditemukannya tetap membeli Lpg 3kg dengan harga tinggi karena membutuhkan.

“Ada yang harganya Rp 60 ribu. Cuma kami di pesisir ini terasa sekali pada saat dalam satu minggu itu tidak ada pasti akan langkah nyari,” pungkasnya. (*)

Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *