BERAU – Gejolak pernikahan dini yang timbul di tengah masyarakat dan menjadi ajang status sosial kian meningkat di Kabupaten Berau.
Kepala Dinas DPPKBP3A Kabupaten Berau Rabiatul Islamiah mengungkapkan, hal tersebut bisa dicegah dengan pembinaan rutin dengan ada komunikasi bersama orangtua.
“Penyebab persoalan yang melanda kaum muda saat ini dalam menuju Pernikahan yakni, masih banyak yang belum siap secara mental,” ucapnya Kamis (19/12/2024).
“Untuk kaum muda walaupun sudah mapan ekonomi, kalau mental belum siap jangan menuju fase pernikahan,” sambungnya.
Islamiyah menuturkan, dalam proses menuju Pernikahan, DPPKBP3A telah menyediakan layanan bimbingan pernikahan kepada generasi muda Menurutnya nanti DPPKBP3A bakal beri pemahaman tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan di dalam rumah tangga.
“Kami di DPPKBP3A, itu kan ada tim pendampingan keluarga, jadi dari tim tersebut dari calon pengantin, sampai dia hamil sampai 1.000 hari kelahiran, itu kita melakukan pendampingan,” ujarnya.
Selain itu, dirinya mengatakan saat ini penting ada pemberian asi exclusive dari ibu kepada bayi agar anak terhindar dari gizi buruk serta stunting yang dapat meperburuk pertumbuhan sang anak.
“Dari DPPKBP3A memberikan pemahaman kepada calon keluarga, ketika anak itu dilahirkan dia harus mendapat perawatan dari ibu aslinya. Artinya dalam seribu hari kelahiran ibu harus menyusui bayi, secara intensif dan exclusive agar anaknya tersebut sehat serta tidak terdampak stunting,” ungkapnya.
Dirinya juga menyampaikan, peran DPPKBP3A terkait pengawalan untuk pemberian edukasi terhadap pernikahan, seperti memberikan pemahaman terkait pernikahan muda.
“Saya sangat tidak dianjurkan kepada generasi yang usianya masih 20 tahun ke bawah, untuk memutuskan menikah,” bebernya.
Sebab menurutnya tidak hanya organ reproduksi yang masih lemah, namun mental pada usia tersebut masih belum stabil untuk menjalani bahtra keluarga.
“Kami mengedukasi kepada kaum muda melalu badan-badan yang dibentuk di DPPKBP3A untuk memberikan pemahaman bawah, menikah muda kurang baik, karena itu harus ada persiapan secara mental dan kesiapan reproduksi yang matang, walaupun secara ekonomi sudah baik, namun belum tentu mereka siap menjalani,” imbuhnya.
Kendati demikian Ismailiyah berpesan, agar kaum muda harus mempertimbangkan lagi keputusan mejalani fase pernikahan.
“Karena perlunya pemahaman yang lebih banyak, agar merek siap untuk membangun keluarga yang lebih berkualitas di masa yang akan datang.
Paling tidak tingkatkan kualitas, agar kita khususnya kaum perempuan benar-benar siap berkeluarga kelak minimal mempunyai bekal lain yang bisa menambah pemahaman,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie
Editor: Yogi Wibawa